BALANCED SCORECARD
SEBAGAI PENGUKURAN KINERJA
PENDAHULUAN
Dalam era revolusi informasi yang sedang
berlangsung dewasa ini, dunia usaha menghadapi perubahan lingkungan dengan
karakteristik yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Dalam era revolusi industri,
keunggulan daya saing suatu entitas usaha ditentukan oleh efisiensi dalam
alokasi sumber daya atau aset berwujud (tangible resorces/assets) yang
mudah dijabarkan dalam dimensi keuangan. Sebaliknya, dalam era informasi,
keunggulan daya saing suatu entitas usaha sangat tergantung pada kemampuanya
untuk mobilisasi dan mengeksploitasi sumber daya atau aset tak terwujud (intangible
resources/asset) yang tidak mudah dijabarkan dalam dimensi keuangan.
Dalam lingkungan yang baru ini sistem informasi unidimensional
yang terbatas pada tolak ukur keuangan yang berkembang dalam era revolusi
industri tidak lagi memadai untuk mobilisasi dan mengeksploitasi sumber daya
yang sebagian besar merupakan aset yang tak berwujud. Dengan demikian untuk menmenignkatkan
mutu informasi dalam proses perumusan dan implementasi strategi
Balanced
secorecard merupakan salah satu konsep yang telah menjadi pusat perhatian para
akademisi maupun praktisi manajemen sejak diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan
dan David P. Norton sekitar satu dekade yang lalu dalam jurnal Harvard
Bussiness Review. Dengan memanfaatkan BSC, konsep sistematik yang pada
hakikatnya merupakan sintesis dari sejumlah konsep manajemen kontemporer,
sebuah perusahaan diyakini akan unggul dalam persaingan yang amat ketat dewasa
ini.
Apa itu BSC ?
·
Pengukuran
kinerja perusahaan yang modern dengan mempertimbangan empat perspektif (yang
saling berhubungan) yang merupakan penerjemahan strategi dan tujuan yang
diingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang kemudian
diukur dan dimonitor secara berkelanjutan
·
Konsep ini
dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan
David P. Norton
Kapan Munculnya Balanced
Scorecard ?
·
Adanya
pergeseran tingkat persaingan bisnis dari industrial competition ke information
competition, sehingga mengubah alat ukur atau acuan yang dipakai oleh
perusahaan untuk mengukur kinerjanya.
Perubahan Teknologi à Persaingan ketat di dunia bisnis à Mendorong kebutuhan akan Informasi à Mengakibatkan persaingan Informasi à Untuk membantu ambil keputusan.
Mengapa kata “BALANCE”
- Karena Balanced Scorecard menunjukkan adanya keseimbangan antara semua factor yaitu keseimbangan antara :
à Faktor keuangan dan non keuangan
à Pihak eksternal dan internal
à Jangka pendek dan jangka panjang
Empat Perspektif Apa Saja
?
1.
Perspektif
Keuangan (K)
2.
Perspektif
Pelanggan (NK)
3.
Perspektif
Bisnis Internal (NK)
4.
Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran (NK)
Mengapa Harus 4 Perspektif
?
·
Perspektif
Keuangan tidak cukup mencerminkan kinerja perusahaan dimana perspektif keuangan
yang baik tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut akan bisa exiss dalam jangka
panjang (yang merupakan tujuan utama suatu perusahaan didirikan)
Mengapa Perspektif Non
Keuangan Penting ?
·
Perspektif
Non Keuangan di anggap sebagai bagian yang bila ikut diperhatikan, pada
akhirnya dapat mendongkrak kinerja keuangan yang merupakan keinginan utama dari
pemegang saham.
·
Untuk
dapat exiss, perusahaan harus mempunyai strategi yang dituangka dalam
action-action, sehingga penilaian kinerja juga harus lebih dari sekedar
penilaian financial.
Apa yang diutamakan dalam
setiap perspektif ?
1.
Financial à Berorientasi pada para pemegang
saham
2.
Customer à Bagaimana kita bisa menjadi supplier utama yang paling bernilai
bagi para customer
3.
Internal
Bussiness Process à Proses bisnis apa saja yang terbaik yang harus kita lakukan dalam
jangka panjang untuk mencapai tujuan financial dan kepuasan konsumen
4.
Learning and
Growth à Bagaimana kita bisa meningkatkan dan menciptakan value secara
continue terutama dalam hubungannya dengan kemampuan dan motivasi karyawan
Bagaimana Hubungan antara
ke-4 Perspektif ?
Apa Yang Dinilai dari
Perspektif Pelanggan ?
Perspektif Pelanggan dapat diukur dengan lima aspek utama (Kaplan, 1996)
- Pengukuran Pangsa Pasar
- Pengukuran Customer Retention
- Pengukuran Customer Acquisition
- Pengukuran Customer Satisfaction
- Pengukuran Customer Profitability
Apa Yang Dinilai dari
Perspektif Bisnis Internal ?
Perspektif Bisnis Internal dapat diukur dengan tiga aspek utama
yaitu :
- Proses Inovasi (penelitian dasar dan trepan juga penelitian pengembangan produk)
- Proses Operasi (menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi dan ketepatan waktu dari barang/jasa yang diberikan kepada konsumen.
2.1.
Pengukuran
terhadap efisiensi waktu yang dibutuhkan (time measurements)
Processing Time
Manufacturing Cycle Efectiveness = ----------------------
Throughput Time
2.2.
Pengukuran
terhadap kualitas proses produksi (quality process measurements)
Menditeksi adanya tingkat kerusakan produk dari proses
produksi, perbandingan produk bagus yang dihasilkan dengan produk bagus yang
masuk dalam proses, bahan buangan (waste), bahan sisa (scrap), besarnya angka
pengerjaan kembali (rework), besarnya angka pengembalian bari dari konsumen
dll.
2.3.
Pengukuran
terhadap efisiensi biaya proses produksi (process cost measurements)
Dalam manufaktur maju, pengukuran atas biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk digunakan ABC system.
Ketiga poin di atas secara bersama-sama (simultan) akan
menghasilkan tiga parameter yang penting
untuk mengkarakteristikkan pengukuran proses bisnis internal (perhitungan
biaya yang tepat dimana tidak ada pemborosan biaya dari aktivitas yang tidak
bernilai tambah dan kualitas produk yang dihasilkan baik akan menghasilkan proses bisnis internal
yang baik).
- Pelayanan Purna Jual (akan mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen)
Aktivitas-aktivitas diantaranya : garansi, reparasi,
perlakuan terhadap produk cacat atau rusak, pelayanan dalam komplain dll
Apa Yang Dinilai dari
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ?
·
Betapa
pentingnya untuk terus memperhatikan karyawan, memantau kesejahteraannya,
meningkatkan pengetahuan karyawan yang pada gilirannya akan meningkatkan
kemampuan untuk mencapai hasil ketiga perspektif diatasnya.
- Mengukur Kemampuan Karyawan dengan 3 aspek :
1.1.
Pengukuran
kepuasan karyawan
·
Tingkat
keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan
·
Pengakuan
terhadap hasil kerja karyawan
·
Kemudahan
dalam mendapatkan informasi sehingga dapat bekerja sebaik mungkin
·
Keaktifan
dan kreativitas dalam melakukan pekerjaan
·
Tingkat dukungan
yang diberikan kepada karyawan
1.2.
Pengukuran
perputaran karyawan dalam perusahaan
1.3.
Pengukuran
produktivitas karyawan
·
Gaji yang
diperoleh
·
Rasio
perbandingan antara konpensasi yang diperoleh karyawan dengan jumlah karyawan
yang ada di perusahaan.
2. Kemampuan Sistem Informasi
Kualitas dan produktifitas karyawan dipengaruhi oleh
akses terhadap system informasi yang dimiliki perusahaan (persentase
ketersediaan informasi). Semakin mudah informasi diperoleh maka karyawan akan
memiliki kenerja yang semakin baik
Informasi yang dibutuhkan karyawan seperti informasi
pelanggannya, biaya produksi dll
3. Motivasi,
Pemberian Wewenang dan Pembatasan Wewenang Karyawan
Selain kemudahan akses informasi yang bergitu bagus
tetapi juga harus diikuti dengan adanya motivasi karyawan untuk mau
meningkatkan kinerjanya.
Pengukuran motivasi karyawan dapat dinilai melalui
dimensi :
3.1.
Pengukuran
terhadap sarana yang diberikan kepada perusahaan dan diimplementasikan
3.2.
Pengukuran
atas perbaikan dan peningkatan kinerja karyawan
3.3.
Pengukuran
terhadap keterbatasan individu dalam organisasi
Referensi :
1. Mulyadi (1999), Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen : Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi satu, Yogyakarta : Adiya Media
2. http://puslit.perta.ac.id/journals/acounting
0 komentar:
Posting Komentar