Selasa, 16 Oktober 2012

LEARNING CLUB


Blajar............!!!!!
            Mungkin kata ini suah tidak asing lagi untuk kita sebagai mahasiswa. Ada mahasiswa yang mengedepankan belajar dalam setiap aktifiasnya, dan ada juga mahasiswa yang acuh, sera ada juga yang menganggap belajar adalah sesuatu yang biasa-biasa saja karena mungkin sudah terlalu sering mendengarnya. Ada juga yang belajar mungkin karena dorongan dari pacarnya, atau hanya sebagai formalitas belaka.
            Kita sebagai mahasiswa tentunya berpikiran berbeda, apa lagi cara belajar kita, tentunya berbeda dengan semasa masih SMA yang hanya mendengarkan dan menulis serta mengerjakan soal saja. Menukil dari Imam Al Ghozali yaitu dimana “manusia itu ada dua kriteria yaitu belajar dan mengajar”  maka dari itu belajar menjadi sesuatu yang wajib di lakukan ketika kita belum mengerti apa yang kita belum mengetahuinya.
Tantangan dalam belajar
Dalam koran harian kompas ada artikel yang menyebutkan bahwa; “seorang lulusan universitas terkenal yang direkrut lima tahun dinyatakan tidak lulus ketika menjalankan evaluasi sebagai supervisor. “ fakta ini membuat orang tersadar bahwa setelah mulai bekerja, yang bersangkutan tidak menambah keterampilan dan pengetahuanya, baik cara berorganisasi yang lebih baik, mengenal orang lain, mengawasi anak buah, dan masih banyak lagi yang lain yang masih banyak di depan mata. Ia bukanya tidak dikirim ke berbagai pelatihan. Namun, apa yang dipelajari dalam pelatihan kemudian tidak berbekas pada kebiasaan, tingkah laku dan keterampilanya.  
Bila kasus ini terjadi pada sekitar 50-60 persen orang di perusahaan, dapat dikatakan proses belajar organisai di suatu perusahaan kurang efisien. Inilah realitas betapa mengembangkan budaya belajar merupakan tantangan nyata. Banyak sekali hal yang ada di depan mata, tetapi tidak terlihat, terlupakan atau tidak pernah di praktekan. Banyak pemimpin mengeluh sulitnya mengubah kebiasaan dan menambah wawasan karyawan, seolah-olah kemampuan belajar tidak ada.
Di tengah maraknya kritik dan  kommentar bahwa pengajaran di sekolah “tidak seperti dulu” bahkan “salah arah”. Sebaliknya kita juga melihat trobosan belajar yang tumbuh subur. Cara belajar yang canggih”, dimana murid atau karyawan diberi kesempatan bereksperimen, berprestasi, berdiskusi, dan bertanya pun bertebaran. Kita juga melihat munculnya komunitas belajar yang banyak sekali diminati, bahkan di komunitas ini para peserata rela berpanas-panas atau duduk dilantai mempelajari sesuatu. Ini tentu gejala positif dan bukti bahwa kita seharusnya “haus” untuk mengembangkan diri, dan mengembangkan budaya belajar.  
Revolusi Belajar
            Dalam bukunya The Learning Revolution, Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos mengungkapkan bahwa perkembangan berkomunikasi dan teknologi sudah demikian pesat. Sekarang Kita tidak usah belajar harus dengan memegang buku membawanya kesana kesini, cukup dengan kita membuka e-book ataupun melihat artikel yang kita cari dari internet. Yang penting kita harus paham dengan apa itu prinsip belajar yaitu proses bersifat individual. Orang akan menyerap dan mempraktekan apa yang baru dipelajarinya bila ia merasa apa yang dipelajarinya itu berarti.
Komunitas; Instruktur Yang Paling Handal
            Tentu kita pernah mendengar diskusi seru dalam sebuah komunitas dan bisa dipastikan individu yang terlibat merasakan keasikan dalam belajar. Kita bisa menyebutnya sebagai situasi “learning by not learning”. Orang sudah tahu bahwa mempelajari sesuatu dari teman atau orang lain yang kita sukai akan lebih mudah dari pada kita belajar dengan membaca.
            Jika kita ingin belajar efektif, pertama-tama kita perlu menanamkan mainset atau paradigma bahwa kita belum tahu banyak. Pikiran kita hanya terisi setengah, masih perlu hal-hal yang lain.pemikiran seperti ini memungkinkan kita membentuk kebiasaan bertanya, mengeksplorasi, berdiskusi bahkan berdebat, dan pada ahirnya kita jadi belajar sesuatu. Kita pun berusaha membasmi kebiasaan defensif atau menutup diri. Individu yang defensif ini perlu ditegur dan diingatkan bahwa dia defensif. Bahkan, kita perlu mengembangkan sikap positif terhadap kesalahan dan selalu berpikir bahwa pengalaman, walaupun buruk adalah media belajar baik bagi anggota kelompok. Dengan terbentuknya suasana yang seperti ini program belajar menjadi mudah, murah karena individu-individunyalah yang akan mencari dan mengusulkan kepada kita, apa yang ia pelajari.  
 

Blogger news

Blogroll