Blajar............!!!!!
Mungkin kata ini suah tidak asing lagi untuk kita sebagai
mahasiswa. Ada mahasiswa yang mengedepankan belajar dalam setiap aktifiasnya,
dan ada juga mahasiswa yang acuh, sera ada juga yang menganggap belajar adalah
sesuatu yang biasa-biasa saja karena mungkin sudah terlalu sering mendengarnya.
Ada juga yang belajar mungkin karena dorongan dari pacarnya, atau hanya sebagai
formalitas belaka.
Kita sebagai mahasiswa tentunya berpikiran berbeda, apa
lagi cara belajar kita, tentunya berbeda dengan semasa masih SMA yang hanya mendengarkan
dan menulis serta mengerjakan soal saja. Menukil dari Imam Al Ghozali yaitu
dimana “manusia itu ada dua kriteria yaitu belajar dan mengajar” maka dari itu belajar menjadi sesuatu yang
wajib di lakukan ketika kita belum mengerti apa yang kita belum mengetahuinya.
Tantangan dalam belajar
Dalam
koran harian kompas ada artikel yang menyebutkan bahwa; “seorang lulusan
universitas terkenal yang direkrut lima tahun dinyatakan tidak lulus ketika menjalankan
evaluasi sebagai supervisor. “ fakta ini membuat orang tersadar bahwa setelah mulai
bekerja, yang bersangkutan tidak menambah keterampilan dan pengetahuanya, baik
cara berorganisasi yang lebih baik, mengenal orang lain, mengawasi anak buah,
dan masih banyak lagi yang lain yang masih banyak di depan mata. Ia bukanya
tidak dikirim ke berbagai pelatihan. Namun, apa yang dipelajari dalam pelatihan
kemudian tidak berbekas pada kebiasaan, tingkah laku dan keterampilanya.
Bila
kasus ini terjadi pada sekitar 50-60 persen orang di perusahaan, dapat
dikatakan proses belajar organisai di suatu perusahaan kurang efisien. Inilah
realitas betapa mengembangkan budaya belajar merupakan tantangan nyata. Banyak
sekali hal yang ada di depan mata, tetapi tidak terlihat, terlupakan atau tidak
pernah di praktekan. Banyak pemimpin mengeluh sulitnya mengubah kebiasaan dan
menambah wawasan karyawan, seolah-olah kemampuan belajar tidak ada.
Di
tengah maraknya kritik dan kommentar bahwa
pengajaran di sekolah “tidak seperti dulu” bahkan “salah arah”. Sebaliknya kita
juga melihat trobosan belajar yang tumbuh subur. Cara belajar yang canggih”,
dimana murid atau karyawan diberi kesempatan bereksperimen, berprestasi,
berdiskusi, dan bertanya pun bertebaran. Kita juga melihat munculnya komunitas
belajar yang banyak sekali diminati, bahkan di komunitas ini para peserata rela
berpanas-panas atau duduk dilantai mempelajari sesuatu. Ini tentu gejala
positif dan bukti bahwa kita seharusnya “haus” untuk mengembangkan diri, dan
mengembangkan budaya belajar.
Revolusi Belajar
Dalam bukunya The Learning Revolution, Gordon
Dryden dan Dr. Jeannette Vos mengungkapkan bahwa perkembangan berkomunikasi dan
teknologi sudah demikian pesat. Sekarang Kita tidak usah belajar harus dengan
memegang buku membawanya kesana kesini, cukup dengan kita membuka e-book
ataupun melihat artikel yang kita cari dari internet. Yang penting kita harus
paham dengan apa itu prinsip belajar yaitu proses bersifat individual. Orang akan
menyerap dan mempraktekan apa yang baru dipelajarinya bila ia merasa apa yang
dipelajarinya itu berarti.
Komunitas; Instruktur
Yang Paling Handal
Tentu kita pernah mendengar diskusi seru dalam sebuah
komunitas dan bisa dipastikan individu yang terlibat merasakan keasikan dalam
belajar. Kita bisa menyebutnya sebagai situasi “learning by not learning”.
Orang sudah tahu bahwa mempelajari sesuatu dari teman atau orang lain yang kita
sukai akan lebih mudah dari pada kita belajar dengan membaca.
Jika kita ingin belajar efektif, pertama-tama kita perlu
menanamkan mainset atau paradigma bahwa kita belum tahu banyak. Pikiran kita
hanya terisi setengah, masih perlu hal-hal yang lain.pemikiran seperti ini
memungkinkan kita membentuk kebiasaan bertanya, mengeksplorasi, berdiskusi
bahkan berdebat, dan pada ahirnya kita jadi belajar sesuatu. Kita pun berusaha
membasmi kebiasaan defensif atau menutup diri. Individu yang defensif ini perlu
ditegur dan diingatkan bahwa dia defensif. Bahkan, kita perlu mengembangkan
sikap positif terhadap kesalahan dan selalu berpikir bahwa pengalaman, walaupun
buruk adalah media belajar baik bagi anggota kelompok. Dengan terbentuknya
suasana yang seperti ini program belajar menjadi mudah, murah karena
individu-individunyalah yang akan mencari dan mengusulkan kepada kita, apa yang
ia pelajari.